Sumber: Mnctrijaya.com
Pemilihan umum sudah di depan mata, 14 Februari menjadi tanggal pertarungan antara tiga kubu calon presiden. Tentunya setelah satu dekade kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang berfokus pada pembangunan infrastruktur masih ada banyak permasalahan bagi bangsa ini. Oleh sebab itu, Pemilu menjadi penentu masa depan bangsa Indonesia, dimana para capres tentunya memiliki pandangannya tersendiri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa.
Tiga nama telah dideklarasikan menjadi calon presiden, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Ketiga calon tersebut memiliki background yang berbeda-beda, Anies Baswedan memiliki latar belakang seorang akademis mantan rektor Paramedina tersebut pernah menjadi kemendikbud pada periode 1 pemerintahan Presiden Jokowi dan menjadi Gubernur Jakarta. Ganjar Pranowo memulai karirnya sebagai anggota komisi IV DPR RI periode 2004-2009 dan menjadi anggota komisi II DPR RI setelah dua periode menjadi anggota DPR RI karir ganjar berlanjut dengan menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode. Sedangkan Prabowo Subianto sebagai capres tertua sudah malang melintang di dunia politik Indonesia, mantan Danjen Kopasus tersebut juga merangkap sebagai ketua partai Gerindra serta telah bertarung sebanyak dua kali pada pemilu 2014 dan 2019.
Tiga nama dengan background berbeda tentunya memiliki pandangan yang berbeda dalam menawarkan visi misi serta janjinya di Pemilu ini. Pertarungan tiga kubu ini tentunya memecah Indonesia menjadi tiga kubu. Masih segar diingatan kita pada Pilgub DKI 2017 terjadi polarisasi hebat, dimana terdapat politik identitas yang digunakan oleh satu kubu. Politik identitas sendiri merujuk pada kegiatan politik yang berdasarkan identitas individu baik dari etnis, ras, suku, hingga agama. Pada masa tersebut Indonesia terpecah menjadi dua kubu serta terdapat penyebaran berita HOAX besar-besaran. Berita Hoax menjadi senjata utama dari dua belah kubu pada Pilgub 2017, sehingga banyak masyarakat terpolarisasi dan termakan berita Hoax.
Melihat kilas balik tersebut merupakan titik awal politik identitas di Indonesia, dimana polarisasi besar-besaran terjadi kembali pada Pilpres 2024. Akan tetapi, pada gelaran Pilpres tersebut sudah terdapat UU ITE sehingga peredaran Hoax masih dapat dikendalikan, Akan tetapi, apakah 2024 nanti akan terjadi polarisasi kembali? Sejauh ini penulis belum melihat adanya polarisasi seperti pada gelaran Pilgub 2017 dan Pilpres 2019 namun saat ini marak serangan buzzer atau akun bayaran untuk menyebarkan berita palsu, kebencian, dan membela suatu kubu. Pilpres 2024 nanti adalah penentu penguasa baru Indonesia apakah PDIP sebagai petahana dapat mempertahankan kekuasaannya atau terdapat poros lain yang akan menjadi penguasa baru. Apapun yang terjadi kita sebagai masyarakat awam harus bisa memilah secara objektif setiap informasi yang diterima terlebih disaat-saat menjelang pemilu.
Annisa Maulia Sofian (205110201111025)
Komentar
Posting Komentar