PILPRES 2024 APAKAH POLARISASI TERULANG KEMBALI?


Sumber: Mnctrijaya.com

Pemilihan umum sudah di depan mata, 14 Februari menjadi tanggal  pertarungan antara tiga kubu calon presiden. Tentunya setelah satu dekade  kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang berfokus pada pembangunan  infrastruktur masih ada banyak permasalahan bagi bangsa ini. Oleh sebab itu,  Pemilu menjadi penentu masa depan bangsa Indonesia, dimana para capres  tentunya memiliki pandangannya tersendiri dalam menyelesaikan berbagai  permasalahan bangsa. 

Tiga nama telah dideklarasikan menjadi calon presiden, yaitu Anies  Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Ketiga calon tersebut  memiliki background yang berbeda-beda, Anies Baswedan memiliki latar  belakang seorang akademis mantan rektor Paramedina tersebut pernah menjadi  kemendikbud pada periode 1 pemerintahan Presiden Jokowi dan menjadi  Gubernur Jakarta. Ganjar Pranowo memulai karirnya sebagai anggota komisi IV  DPR RI periode 2004-2009 dan menjadi anggota komisi II DPR RI setelah dua  periode menjadi anggota DPR RI karir ganjar berlanjut dengan menjadi Gubernur  Jawa Tengah selama dua periode. Sedangkan Prabowo Subianto sebagai capres  tertua sudah malang melintang di dunia politik Indonesia, mantan Danjen  Kopasus tersebut juga merangkap sebagai ketua partai Gerindra serta telah  bertarung sebanyak dua kali pada pemilu 2014 dan 2019. 

Tiga nama dengan background berbeda tentunya memiliki pandangan  yang berbeda dalam menawarkan visi misi serta janjinya di Pemilu ini.  Pertarungan tiga kubu ini tentunya memecah Indonesia menjadi tiga kubu. Masih  segar diingatan kita pada Pilgub DKI 2017 terjadi polarisasi hebat, dimana  terdapat politik identitas yang digunakan oleh satu kubu. Politik identitas sendiri  merujuk pada kegiatan politik yang berdasarkan identitas individu baik dari etnis,  ras, suku, hingga agama. Pada masa tersebut Indonesia terpecah menjadi dua kubu  serta terdapat penyebaran berita HOAX besar-besaran. Berita Hoax menjadi  senjata utama dari dua belah kubu pada Pilgub 2017, sehingga banyak masyarakat  terpolarisasi dan termakan berita Hoax. 

Melihat kilas balik tersebut merupakan titik awal politik identitas di  Indonesia, dimana polarisasi besar-besaran terjadi kembali pada Pilpres 2024.  Akan tetapi, pada gelaran Pilpres tersebut sudah terdapat UU ITE sehingga  peredaran Hoax masih dapat dikendalikan, Akan tetapi, apakah 2024 nanti akan  terjadi polarisasi kembali? Sejauh ini penulis belum melihat adanya polarisasi  seperti pada gelaran Pilgub 2017 dan Pilpres 2019 namun saat ini marak serangan  buzzer atau akun bayaran untuk menyebarkan berita palsu, kebencian, dan  membela suatu kubu. Pilpres 2024 nanti adalah penentu penguasa baru Indonesia  apakah PDIP sebagai petahana dapat mempertahankan kekuasaannya atau  terdapat poros lain yang akan menjadi penguasa baru. Apapun yang terjadi kita  sebagai masyarakat awam harus bisa memilah secara objektif setiap informasi  yang diterima terlebih disaat-saat menjelang pemilu.



Annisa Maulia Sofian (205110201111025)


Komentar